Akuakultur, Semarang – Lahan suboptimal adalah lahan yang memiliki kondisi atau kualitas kurang ideal untuk mendukung pertumbuhan maksimal tanaman maupun aktivitas pertanian/perikanan secara keseluruhan. pendekatan yang tepat, lahan sub optimal masih dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, meskipun mungkin dengan tingkat produktivitas yang lebih rendah daripada lahan yang optimal. Pemanfaatan lahan sub optimal di perumahan untuk kegiatan budi daya ikan bukan hanya sekadar untuk menyalurkan hobi, tetapi juga sarana edukasi yang efektif, terutama bagi anak-anak dan warga masyarakat umum. Secara umum, sektor perikanan budidaya di Jawa Tengah memiliki potensi besar untuk eksis dalam produksi perikanan secara keseluruhan. Bapak Yugi selaku ketua Pokdakan Semar Meteseh berusaha untuk memanfaatkan lahan sub optimal yang ada di wilayah Perumahan di Kelurahan Meteseh Tembalang Semarang agar dapat lebih bermanfaat dan produktif.

Tim dosen dari Departemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, yang terdiri dari A H Condro Haditomo, S.Pi., M.Sc., Ph.D., dan tim Pengabdian dari Prodi Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro telah melakukan Kegiatan Pengabdian kepada masyarakat di POKDAKAN Semar Meteseh Tembalang Semarang sejak 30 Oktober 2024 dan terus melakukan pendampingan hingga saat ini.

Kegiatan ini bertujuan untuk mentransfer teknologi pemanfaatan probiotik untuk peningkatan produktifitas budidaya ikan pada lahan sub optimal bagi Kelompok Pembudidaya Ikan Semar Meteseh sehingga dapat menghasilkan produksi ikan konsumsi yang lebih banyak dan dapat meningkatkan kecukupan gizi dan pendapatan anggota kelompok. Rangkaian kegiatan dari program pengabdian kepada masyarakat ini diawali dengan sosialisasi program, pengenalan teknik budidaya ikan di perkotaan, implementasi di lapangan, diakhiri dengan monitoring dan evaluasi. Keterbatasan lahan merupakan tantangan utama dalam pelaksanaan kegiatan, terutama di daerah perkotaan yang padat penduduk. Memunculkan beberapa kendala diantaranya: dampak bau dari kegiatan budidaya ikan dan persaingan dengan kepentingan lain. Sehingga tetap dibutuhkan kegiatan pendampingan teknis secara intensif, dan pengadaan peralatan dan bahan pendukung yang memadai sebagai solusi dari permasalahan yang terjadi.