Brebes, Jawa Tengah – Desa Randusanga Wetan, salah satu sentra budidaya rumput laut di Kabupaten Brebes, tengah menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan budidayanya. Penurunan kualitas bibit, serangan hama, dan ketergantungan pada sistem pemasaran yang tidak mandiri menjadi hambatan utama bagi petani rumput laut setempat.

Namun, melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, solusi inovatif berhasil diterapkan. Program ini memperkenalkan metode pembibitan dengan sistem seleksi bibit yang bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi rumput laut Gracilaria sp.

Kebun Bibit: Langkah Awal Menuju Keberlanjutan

Sebagai bagian dari program ini, kebun bibit seluas 500 m² didirikan di tambak-tambak milik kelompok petani di Desa Randusanga Wetan. Kebun ini menggunakan metode tanam long line, yang terbukti lebih efektif dibandingkan metode tradisional sebar. Metode ini tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga menjaga kualitas rumput laut dari hama dan penyakit.

Menurut Dr. Lestari Lakhsmi Widowati, salah satu pengusul program, “Seleksi bibit sangat penting untuk menghasilkan rumpun rumput laut yang lebih rimbun, bercabang banyak, dan memiliki kandungan agar yang lebih tinggi. Hal ini dapat meningkatkan nilai jual produk petani di pasar.”

Hasil yang Menggembirakan

Pada panen pertama, program ini menghasilkan 1.875 kg rumput laut kering dengan nilai penjualan Rp13.125.000. Hasil ini menunjukkan potensi besar program untuk mendukung keberlanjutan usaha budidaya rumput laut. Selain itu, pelatihan manajemen usaha yang diberikan kepada petani mendorong mereka untuk lebih mandiri dalam mengelola bisnis mereka, termasuk menentukan pasar tanpa bergantung pada pemberi modal.

Solusi untuk Tantangan Lokal

Beberapa tantangan utama yang berhasil diatasi melalui program ini meliputi:

  1. Penurunan Kualitas Bibit: Seleksi bibit menghasilkan rumpun dengan pertumbuhan lebih cepat dan kualitas lebih baik.
  2. Serangan Hama: Penggunaan metode tanam long line membantu mengurangi risiko hama tanpa penggunaan pestisida berlebihan.
  3. Ketergantungan pada Pemberi Modal: Sistem pemasaran yang lebih mandiri memberi petani kebebasan menentukan harga jual.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Program ini tidak hanya berdampak pada peningkatan pendapatan petani, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekosistem tambak. Metode tanam yang ramah lingkungan mendorong pola daur ulang unsur hara yang lebih baik, sehingga tambak menjadi lebih subur.

Menuju Masa Depan yang Cerah

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dapat membawa perubahan positif. Dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil panen, serta keberlanjutan lingkungan yang terjaga, program ini diharapkan menjadi model pengembangan budidaya rumput laut di wilayah lain.

“Program ini adalah langkah kecil dengan dampak besar. Kami berharap, Desa Randusanga Wetan dapat menjadi ikon keberhasilan budidaya rumput laut di Indonesia,” pungkas Prof. Dr. Sri Rejeki, salah satu anggota tim pengusul.