AKUAKULTUR, SEMARANG – Ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Permintaan ikan lele terus meningkat setiap tahunnya, banyak disukai masyarakat dengan rasa dagingnya yang khas. Peluang pasar ikan lele tersebut di’tangkap’ oleh pembenih ikan lele di Mayong, Jepara. Namun, dari beberapa fakta yang ditemui di lapangan, pembenih ikan lele di Mayong belum mengetahui cara produksi benih dengan baik, sehingga benih yang dihasilkan kurang berkualitas dan memiliki tingkat kematian yang tinggi.
Prodi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (UNDIP) mencoba membantu permasalahan tersebut di atas melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh tim yang dipimpin oleh Bapak Seto Windarto, bersumber pada dana Hibah Pengabdian kepada Masyarakat FPIK UNDIP tahun 2021. Materi kegiatan pengabdian meliputi:
- Identifikasi keragaan sumber daya dan permasalahan manajemen kualitas air pada usaha pembenihan lele di Mitra.
- Perumusan teknologi tepat guna dalam pengelolaan air media pembenihan lele untuk Mitra.
- Penyuluhan kepada Mitra.
- Monitoring dan Evaluasi hasil kegiatan penyuluhan kepada Mitra Metode pelaksanaan pengabdian dilakukan secara observatif-partisipasif-solutif.
Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2021 dengan mitra adalah Pokdakan Kolam Budidaya Ikan Lele di Desa Mayong Lor, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara yang masih menggunakan sistem budidaya tradisional. Hal ini menyebabkan kualitas pada media air budidaya yang digunakan mitra menjadi rendah akibat akumulasi kotoran dan sisa pakan yang mengendap dan menyebabkan gangguan pada pertumbuhan, nafsu makan serta menyebabkan kematian. Penggunaan Filter sederhana dalam mengurangi residu fisik dan kimia dari material organik limbah budidaya diharapkan mampu meningkatkan kualitas air pada 3 (tiga) parameter dasar, meliputi: oksigen terlarut, pH dan kadar ammonia air.
Penggunaan filter ini sekaligus mampu mengefisienkan penggunaan air media budidaya -mengingat keterbatasan sumber air- dengan cara penggunaan kembali air (resirkulasi). Sistem filtrasi yang dikenalkan pada mitra meliputi 3 (tiga) lapis penyaringan, meliputi: (1) filter Fisik, berupa spons atau dakron untuk menyaring kotoran dengan ukuran partikel besar seperti sisa pakan, faeses dan debu; (2) filter Kimia pertama, berupa arang aktif atau zeolit untuk mengikat sisa metabolit beracun dalam air; dan (3) filter Kimia kedua, berupa bioball, kerikil atau pasir kasar yang berfungsi mengubah senyawa nitrogen beracun menjadi senyawa tidak beracun. Setelah penggunaan selama kurang lebih 1 (satu) siklus produksi benih atau 1 (satu) bulan, penggunaan filter sederhana tersebut mampu meningkatkan kualitas air, yaitu: Oksigen terlarut air menjadi > 4,8 mg/L; pH: 6,8 – 7,2; dan kadar ammonia <0,2 mg/L. Ketiga parameter kualitas air tersebut menunjukkan nilai yang cukup optimal bagi pembenihan lele. Saat ini, proses pendampingan terhadap mitra masih dilaksanakan untuk melihat peningkatan kelulushidupan benih lele dengan menggunakan sistem filter sederhana ini. (Adm)
Komentar Terbaru